Pembalut Yang Mengandung Berklorin dan Tidak
Kaum hawa kini dihebohkan dengan pembalut saat haid yang
menganduung zat bebahaya. Hal ini berdasarkan temuan Yayasan Lembaga Konsumen
Indonesia (YLKI) tentang pembalut dan berklorin yang membahayakan banyak
perempuan di usia subur. Melihat kasus ini, Dokter kandungan punya tips soal
penggunaan pembalut secara aman dan sehat.
“Sebenarnya pembalut itu nggak perlu ada antibakteri atau
pewangi, saya kira berlebihan, karena nggak ngefek juga. Yang penting kan mudah
menyerap atau tidak saja,” ujar dr Ifzal Asril, SpOG dari RSIA Hermina Jakarta,
Selasa (7/7/2015).
Selain itu, dr Ifzal juga menyarankan agar sesering mungkin
mengganti pembalut pada saat banyak-banyaknya datang bulan. “Kalau darah
haidnya banyak, kan pasti lembab tuh, ya ganti saja. Ini personal,” sarannya.
Tips Membedakan Pembalut Berbahaya dan Pembalut Aman dan Mengenai
hai itu, para kaum hawa pun bertanya-tanya, apa ciri pembalut yang aman
digunakan selama datang bulan.
Standar Nasional Indonesia (SNI) 16-6363-2000 menyebutkan
bahwa produk pembalut wanita haruslah bersih, tidak mengandung kotoran dan zat
asing, tidak menyebabkan iritasi atau dampak yang membahayakan lainnya.
Selain itu, tidak mengubah serabut pada saat digunakan,
tidak berbau dan lembut. Sementara untuki warna haruslah putih. Warna lain
boleh namun hanya sebagai tanda atau identitas yang tidak bersentuhan langsung
dengan tubuh.
Pembalut yang baik dan sesuai juga harus bersifat netral
terhadap fenoltalein dan jingga metal. Lalu tidak berflouresensi kuat atau
tidak ada flouresensi yang menunjukan adanya bahaya, pada sisi yang bersentuhan
dengan tubuh.
Bahan pembalut juga harus tidak mudah robek dan tidak mudah
rembes. Daya serap pembalut pun yang ideal juga tidak kurang dari 10 kali bobot
pembalut.
Namun sayangnya, di Indonesia seperinya belum ada pembalut
yang memenuhi semua syarat tersebut. Yang lebih memprihatinkan, pembalut di
Indonesia tidak dicantumkan masa kedaluwarsanya di kemasan sebagai informasi
untuk konsumen.
Anggota pengurus harian YLKI Ilyani S Andang mengungkapkan,
banyak konsumen wanita yang mengeluh iritasi akibat pembalut. Tetapi biasanya
mereka malu untuk mengadu dan berkonsultasi dengan memeriksakan diri secara
lebih lanjut.
Padahal, risiko jangka panjang pembalut yang tidak sehat
dapat menyebabkan kanker dan mengganggu sistem reproduksi wanita yang
memakainya. Penyebabnya yaitu karena klorin yang terkandung di dalamnya. Jika
merujuk FDA (Badan POM Amerika Serikat), maka pembalut yang baik seharusnya
bebas klorin.
Cara Membedakan Pembalut Berbahaya dan Aman :
Tes 1 Membedakan Pembalut Berbahaya dan Aman :
- Suntikkan 35 – 50 ml/cc air pada permukaan pembalut (air sebagai zat cair pengganti darah).
- Diamkan beberapa saat lalu tekan selembar tisu yang ditaruh pada permukaan pembalut tersebut.
- Apa yang terlihat? Apakah tisu basah? Kalau tisu basah, ini menandakan daya serap pada pembalut kurang baik.
- Coba setiap bulan selama beberapa hari selalu menggunakan pembalut yang permukaan atasnya selalu basah!
Tes 2 Membedakan Pembalut Berbahaya dan Aman :
- Siapkan ½ (setengah) gelas air putih, usahakan gunakan gelas yang bening atau transparan agar bisa melihat proses yang terjadi dan juga sediakan alat pengaduk (contoh: sumpit)
- Sobek pembalut dan ambil bagian inti pembalut yang ada di dalamnya (bahan penyerap, kapas). Masukkan ke dalam gelas berisi air sebagian dari bagian inti pembalut tersebut, lalu aduk.
- Apa yang terlihat? Apakah bagian inti pembalut hancur, seperti pulp kertas dan air berubah menjadi keruh? Kalau jawabannya iya, ini menandakan pembalut menggunakan bahan yang kurang berkualitas dan memakai zat pemutih.
Membedakan Pembalut Berbahaya dan Aman
Reviewed by Unknown
on
01:49
Rating: